Faqihah Husnul Faqihah Husnul Khatimah adalah SEO Writer dengan pengalaman 2+ tahun menciptakan konten informatif dan persuasif untuk berbagai industri, termasuk teknologi. Bersama GudangSSL, berkomitmen untuk membantu Anda menemukan sertifikat SSL terbaik dan terpercaya.

10 Tren Cyber Security & SSL di 2025

6 min read

Siapkah Anda menghadapi ancaman siber di tahun 2025?

Sebelum bertempur, sebaiknya Anda tahu dulu apa saja tren cyber security dan peran sertifikat SSL yang perlu diperhatikan di tahun ini.

Tren Cyber Security 2025

1. Keamanan data menjadi prioritas utama

Pertama, regulasi privasi data semakin diperkuat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dengan disahkannya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). 

Regulasi semacam ini menuntut perusahaan untuk lebih bertanggung jawab dalam mengelola dan melindungi data pribadi. Adanya pelanggaran akan berakibat denda dan kerusakan reputasi. 

Kedua, lanskap penyimpanan data semakin kompleks. Maksudnya, data tidak lagi terpusat di satu tempat melainkan tersebar di berbagai platform, aplikasi, dan cloud.

Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan platform keamanan data terpadu, yang mampu memberikan visibilitas dan kontrol menyeluruh terhadap data di mana pun data tersebut berada. 

Platform terpadu ini membantu penerapan kebijakan keamanan lebih konsisten, deteksi ancaman lebih baik, dan respons cepat terhadap insiden keamanan. 

Apalagi, frekuensi dan kecanggihan serangan siber, khususnya malware pencuri data, terus meningkat. 

Konsekuensi dari kebocoran data pun semakin serius, mulai dari kerugian finansial, kerusakan reputasi, hingga hilangnya kepercayaan pelanggan. 

Faktor-faktor inilah yang menjadikan keamanan data, termasuk perlindungan data di berbagai supply chain, sebagai prioritas utama.

2. Ancaman siber akan semakin canggih

Sebelumnya kita sudah bahas bahwa keamanan data akan semakin ketat dan menjadi prioritas utama.

Namun, para penjahat siber juga terus beradaptasi dan mengembangkan teknik serangannya.

AI (Artificial Intelligence) menjadi salah satu alat yang mereka andalkan.

Sebab, dengan adanya AI, serangan siber dapat diotomatisasi, mulai dari pemindaian kerentanan hingga membuat malware yang dipersonalisasi. 

Akibatnya, serangan menjadi lebih cepat, efisien, dan sulit dideteksi. 

Malware yang didukung AI bahkan mampu belajar dan beradaptasi dengan sistem keamanan, serta bisa mengubah kodenya untuk menghindari deteksi antivirus tradisional. 

Selain itu, AI juga dimanfaatkan untuk menyusun email phishing dan pesan penipuan yang sangat personal dan meyakinkan. 

Deepfake berbasis AI pun digunakan untuk menciptakan video atau audio palsu yang realistis guna menipu korban. 

Akibat dari kecanggihan serangan siber ini, perusahaan berpotensi mengalami kerugian finansial yang besar, kerusakan reputasi, dan gangguan operasional.

Parah, kan?

3. Peraturan privasi data dan regulasi terkait cyber security semakin ketat

Dulu, data sering kali dianggap sebagai aset yang bisa dikumpulkan dan digunakan secara bebas oleh perusahaan. 

Namun, paradigma ini mulai bergeser. 

Masyarakat dan regulator semakin menyadari pentingnya privasi data sebagai hak yang harus dilindungi.

Apalagi berbagai kasus pelanggaran data berskala besar yang menimpa perusahaan-perusahaan ternama, seperti Yahoo, Equifax, dan Facebook, telah meningkatkan kesadaran publik mengenai risiko pengumpulan dan penggunaan data pribadi.

Masyarakat semakin aware tentang penyalahgunaan data pribadi yang berakibat fatal, seperti pencurian identitas, penipuan finansial, dan diskriminasi.

Untungnya, Indonesia sudah membuat regulasi ketat mengenai privasi data melalui Undang-Undang (UU) Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi (PDP).

UU PDP sudah mengatur tentang:

  • Definisi data pribadi, 
  • Jenis data pribadi, 
  • Bagaimana data pribadi dikumpulkan, diproses, digunakan, dibagikan,
  • Kewajiban pihak yang mengelola data pribadi, serta 
  • Kewenangan lembaga untuk mengawasi dan memberikan sanksi kepada pihak yang melanggar.

4. Zero trust menjadi standar keamanan

Pada model keamanan tradisional, setelah seseorang berhasil masuk melewati pertahanan luar (seperti firewall), ia dianggap terpercaya dan bebas bergerak di dalam jaringan. 

Pendekatan ini dikenal dengan istilah “percaya tapi verifikasi” (trust but verify).

Namun, karena sekarang serba terhubung, model tersebut tidak lagi relevan.

Ancaman bisa datang dari mana saja, baik dari luar maupun dalam jaringan.

Seseorang dengan kredensial valid, misalnya karena dicuri atau dibocorkan, bisa saja adalah hacker yang menyamar.

Sebab itulah, sekarang ada tren Zero Trust, yakni model keamanan yang memiliki prinsip “jangan percaya, selalu verifikasi” (never trust, always verify)

Model ini mengasumsikan tidak ada pengguna atau perangkat, baik di dalam maupun di luar jaringan, yang secara otomatis dipercaya.

Setiap pengguna, perangkat, dan aplikasi harus diautentikasi dan diotorisasi secara eksplisit sebelum diberikan akses. 

Caranya melalui berbagai metode, seperti autentikasi multi-faktor (MFA), verifikasi identitas, dan analisis perilaku.

5. Keamanan cloud semakin penting

Sekarang ini, cloud mengubah cara perusahaan menyimpan dan mengurus data.

Layanan cloud, seperti IaaS, PaaS, dan SaaS, punya banyak keuntungan, seperti mudah disesuaikan dengan kebutuhan, lebih fleksibel, hemat biaya, dan mudah diakses. 

Sebab itulah, semakin banyak perusahaan yang menggunakan cloud.

Namun, seiring itu, ada masalah keamanan cloud yang harus diwaspadai.

Organisasi atau perusahaan semakin banyak memindahkan data sensitif mereka, seperti data pelanggan, data keuangan, dan kekayaan intelektual, ke cloud

Hal ini menjadikan cloud sebagai target menarik bagi penjahat siber.

Nah, keamanan cloud adalah tanggung jawab bersama antara penyedia layanan cloud (CSP – Cloud Service Provider) dan pelanggan cloud

CSP bertanggung jawab atas keamanan infrastruktur cloud itu sendiri, sedangkan pelanggan cloud bertanggung jawab atas keamanan data, aplikasi, dan sistem operasi yang mereka jalankan di cloud

Bila keduanya kurang pemahaman, akibatnya memunculkan celah keamanan.

Oleh karena itu, penting untuk memilih CSP yang terpercaya dan memiliki reputasi baik dalam hal keamanan. 

6. Manajemen risiko siber semakin kompleks

Seperti yang telah dibahas pada poin-poin sebelumnya, penjahat siber terus mengembangkan taktik dan teknik baru. 

Hal ini membuat identifikasi dan mitigasi risiko keamanan menjadi lebih sulit.

Belum lagi ancaman dari kerentanan zero-day, komputasi kuantum, perang siber, cloud, dan IoT. Ada banyak yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan siber.

Organisasi harus bisa memprioritaskan risiko siber yang paling penting dan mengalokasikan sumber daya secara efektif.

Manajemen risiko siber tidak bisa lagi bersifat statis dan reaktif. Organisasi perlu mengadopsi pendekatan yang proaktif, adaptif, dan berbasis intelijen ancaman.

Salah satu caranya dengan menggunakan kerangka kerja seperti NIST Cybersecurity Framework atau ISO 27001 untuk mengidentifikasi, menilai, dan memitigasi risiko siber secara sistematis.

7. Kolaborasi antara CIO (Chief Information Officer) dan CMO (Chief Marketing Officer)

Dulu, CIO dan CMO beroperasi di ranah yang terpisah. 

CIO fokus pada infrastruktur IT dan keamanan data internal, sementara CMO fokus pada pemasaran, branding, dan interaksi dengan pelanggan. 

Namun, di era ini, kedua peran tersebut semakin saling terkait dan membutuhkan kolaborasi yang erat, terutama dalam konteks cyber security.

Salah satu alasannya begini:

CMO mengumpulkan dan menggunakan data pelanggan untuk kampanye pemasaran, personalisasi, dan analisis pasar.

CIO bertanggung jawab untuk mengamankan data tersebut dari ancaman siber.

Kebocoran data pelanggan tidak hanya merugikan dari sisi keamanan—tanggung jawab CIO, tetapi juga dapat menghancurkan reputasi brand dan kepercayaan pelanggan—tanggung jawab CMO.

Oleh sebab itu, CIO dan CMO harus bekerja sama untuk memastikan data pelanggan dikumpulkan, disimpan, dan digunakan dengan aman dan sesuai regulasi privasi data.

8. Penggunaan AI untuk Cyber Security akan semakin mendominasi

Anda mungkin sudah tahu bahwa kini penggunaan AI semakin populer, termasuk untuk membantu cyber security

Namun, ibarat pedang bermata dua, ada sisi baik dan buruk dari penggunaan AI untuk cyber security.

Di satu sisi, AI akan menjadi senjata untuk bertahan dari serangan siber.

Contohnya:

  • AI bisa dilatih untuk mendeteksi malware, phishing, dan aktivitas mencurigakan lainnya dengan jauh lebih cepat dan akurat daripada manusia.
  • AI bisa mengambil alih tugas-tugas keamanan yang mudah, misal menganalisis log keamanan, jadi tim keamanan siber bisa fokus pada hal-hal yang lebih strategis.
  • AI bisa dilatih untuk menganalisis data dalam jumlah besar. Gunanya untuk membantu memprediksi dari mana serangan siber berikutnya mungkin datang dan celah mana yang perlu ditambal.

Namun, di sisi lain, penjahat siber juga akan memanfaatkan AI untuk melancarkan serangan yang lebih canggih.

Contohnya:

  • Karyawan sering menggunakan aplikasi AI gratis tanpa sepengetahuan departemen TI. Ini disebut shadow IT. Karyawan juga mungkin secara tidak sengaja memasukkan data sensitif perusahaan ke dalam aplikasi AI ini, yang kemudian bisa bocor atau disalahgunakan.
  • Malware yang dibantu AI bisa belajar dan beradaptasi dengan sistem keamanan, sehingga membuatnya lebih sulit untuk dideteksi. Serangan phishing yang dibuat oleh AI akan terlihat lebih meyakinkan dan personal.
  • AI bisa digunakan untuk membuat deepfake—video atau audio palsu yang sangat realistis. Deepfake digunakan untuk menipu karyawan agar memberikan informasi sensitif atau melakukan tindakan merugikan perusahaan.

9. Keamanan IoT

Internet of Things (IoT) adalah jaringan perangkat fisik yang tertanam dengan sensor, perangkat lunak, dan teknologi lainnya yang terhubung dan bertukar data dengan perangkat dan sistem lain melalui internet. 

Perangkat IoT bisa berupa apa saja, mulai dari perangkat rumah pintar seperti kulkas dan lampu pintar, perangkat wearable seperti smartwatch, hingga perangkat industri seperti sensor di pabrik.

Jumlah perangkat IoT yang terhubung ke internet diprediksi akan terus meningkat pesat di tahun 2025.

Namun, kita harus waspada karena perangkat IoT yang tidak aman bisa berfungsi sebagai titik masuk bagi penjahat siber.

Apalagi masih kurangnya standar keamanan yang komprehensif untuk perangkat IoT. 

Banyak produsen lebih mementingkan kecepatan produksi dan fitur daripada keamanan. Akibatnya, banyak perangkat IoT yang memiliki kerentanan keamanan bawaan.

Sebab itulah, kembali lagi ke poin-poin sebelumnya, keamanan data dan zero trust harus menjadi prioritas utama.

10. Persiapan menghadapi komputasi kuantum

Komputer kuantum adalah jenis komputer yang menggunakan prinsip-prinsip mekanika kuantum untuk melakukan komputasi. 

Berbeda dengan komputer klasik yang menggunakan bit  (bernilai 0 atau 1), komputer kuantum menggunakan qubit yang dapat merepresentasikan 0, 1, atau keduanya secara bersamaan melalui prinsip superposisi. 

Kemampuan ini memberikan komputer kuantum potensi untuk memecahkan masalah kompleks yang saat ini tidak mungkin diselesaikan oleh komputer klasik, termasuk memecahkan algoritma enkripsi.

Lalu, apa hubungannya dengan cyber security?

Saat ini, keamanan siber kita sangat bergantung pada algoritma enkripsi asymmetric (kunci publik), seperti RSA dan ECC, yang digunakan untuk:

  • Mengamankan komunikasi: SSL/TLS, yang mengamankan website (HTTPS), email, dan VPN, bergantung pada enkripsi asymmetric.
  • Tanda tangan digital: Memverifikasi keaslian dokumen dan software.
  • Autentikasi: Memastikan identitas pengguna dan perangkat.

Algoritma-algoritma ini sulit dipecahkan oleh komputer klasik karena bergantung pada masalah matematika yang kompleks, seperti faktorisasi bilangan bulat besar.

Namun, komputer kuantum dengan algoritma Shor, mampu memecahkan algoritma ini dengan relatif mudah. Akibatnya, berpotensi meruntuhkan fondasi keamanan siber kita saat ini.

Kenapa Harus Memiliki Sertifikat SSL?

Sertifikat SSL sangat penting karena mengamankan komunikasi data antara website dan pengunjung

SSL membuat data yang dikirimkan—seperti password, informasi kartu kredit— diacak atau dienkripsi sehingga tidak bisa dibaca oleh penjahat siber yang mencoba mencuri data. 

Hal ini sangat berkaitan dengan keamanan data yang menjadi prioritas utama, apalagi dengan ancaman siber semakin canggih dan peraturan privasi data semakin ketat

Nah, dengan memasang sertifikat SSL, website juga terlihat lebih profesional dan terpercaya, yang penting untuk menjaga reputasi brand, terutama di tengah maraknya phishing dan deepfake

Walaupun Zero Trust juga penting, SSL tetap menjadi langkah dasar untuk melindungi data saat transit. 

Sebab itulah, SSL jelas mendukung banyak poin penting dalam tren cyber security 2025.

Beli Sertifikat SSL Terbaikmu di GudangSSL!

Sudah siap menghadapi tren cyber security 2025?

Jangan khawatir, amankan website Anda dengan mudah bersama GudangSSL!

Di GudangSSL, Anda bisa mendapatkan SSL terlengkap dengan harga 30% lebih hemat dibandingkan Certificate Authority

Kami menyediakan berbagai pilihan SSL dari brand ternama seperti Sectigo, Globalsign, Symantec, Geotrust, dan lainnya yang cocok untuk segala kebutuhan website Anda.

Meski murah, SSL di GudangSSL dijamin kompatibel dengan lebih dari 99% browser. Plus, ada GARANSI 15 HARI setelah SSL diaktifkan!

Yuk, lindungi website Anda bersama GudangSSL!

HUBUNGI KAMI SEKARANG!

 

Faqihah Husnul Faqihah Husnul Khatimah adalah SEO Writer dengan pengalaman 2+ tahun menciptakan konten informatif dan persuasif untuk berbagai industri, termasuk teknologi. Bersama GudangSSL, berkomitmen untuk membantu Anda menemukan sertifikat SSL terbaik dan terpercaya.

10 Cara Efektif Mencegah Kebocoran Data Perusahaan

Kebocoran data bisa menyebabkan kekacauan operasional, hilangnya data penting, serta rusaknya citra perusahaan yang dibangun bertahun-tahun.  Sebelum terlambat, mari ketahui cara mencegah kebocoran data...
Faqihah Husnul
4 min read

SSL Wildcard: Arti, Fungsi, dan Cara Kerja

Saat membeli sertifikat SSL, Anda harus menyesuaikannya dengan kebutuhan website, ya. Seperti misal, untuk website dengan banyak subdomain, SSL Wildcard adalah pilihan paling tepat!...
Faqihah Husnul
3 min read

SSL Single Domain: Arti, Fungsi, dan Cara Pasang

Mau beli SSL untuk website, tapi bingung karena ada pilihan SSL Single Domain dan jenis lainnya? Kira-kira apakah itu dan apakah cocok dengan kebutuhan...
Faqihah Husnul
5 min read