Berencana mengamankan website, tapi bingung harus pakai SSL atau SSH?
Baik SSL maupun SSH sama-sama penting untuk menjaga keamanan sebuah website, tapi kalau salah membedakannya, website Anda malah rentan diserang pihak ketiga.
Maka dari itu, Anda harus mengetahui perbedaan SSL dan SSH sebelum memasangnya pada website.
Pelajari selengkapnya di artikel ini, yuk, GudPeople!
Pengertian SSL & SSH
Jika menilik sekilas, SSL dan SSH mungkin terlihat sama sebagai protokol keamanan website.
Benarkah begitu? Simak penjelasannya sampai akhir, ya!
Apa Itu SSL?
Secure Sockets Layer (SSL) adalah protokol keamanan yang mengenkripsi data selama proses transfer antara dua perangkat, seperti server web dan browser.
Melansir Kinsta, SSL dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan data pribadi selama transmisi data dan mengamankan agar data tidak diubah atau dirusak selama proses pengiriman.
Dengan kata lain, informasi sensitif, seperti data login, informasi kartu kredit, dan data pribadi lainnya akan terlindungi dari modifikasi atau akses yang tidak sah.
Penggunaan SSL
Seperti yang sudah kami singgung sebelumnya, penggunaan SSL memiliki tiga fungsi utama:
- Enkripsi – Mengubah informasi menjadi kode rahasia agar tidak bisa dibaca oleh orang yang tidak berhak;
- Autentikasi – Memastikan informasi dikirim ke penerima yang tepat, bukan penipu;
- Integritas Data – Menjamin informasi yang diterima sama persis dengan yang dikirim. Tidak ada informasi yang hilang atau berubah.
Website yang memasang SSL akan mengaktifkan HTTPS (Hypertext Transfer Protocol Secure) dan mendapatkan simbol gembok di kolom URL.
Tentu ini meningkatkan kepercayaan pengunjung dan menunjukkan bahwa website Anda aman diakses.
Apalagi mesin pencari seperti Google sangat memprioritaskan keamanan pengguna. Penggunaan SSL akan dianggap lebih aman sehingga berdampak positif bagi SEO (Search Engine Optimization) website Anda.
Website yang wajib menggunakan SSL, antara lain e-commerce, perbankan, organisasi, dan pemerintahan.
Apa Itu SSH?
Secure Shell (SSH) adalah protokol keamanan untuk mengakses komputer atau server dari jarak jauh.
Contohnya begini, Anda ingin mengakses komputer kantor dari rumah.
Komputer kantor adalah perangkat yang ingin Anda akses, sementara komputer rumah adalah perangkat yang Anda gunakan untuk mengaksesnya.
Agar bisa mengaksesnya dengan aman, Anda membutuhkan SSH.
Tanpa SSH, data yang Anda kirim, seperti password atau file penting, akan terkirim melalui jaringan internet tanpa perlindungan apa pun dan semua orang bisa membacanya.
Risikonya? Password Anda bisa dicuri, file penting bisa dirusak, dan aktivitas di komputer bisa dimata-matai.
Oleh karena itu, penggunaan SSH sangat penting.
Penggunaan SSH
SSH sering digunakan untuk:
- Mengakses komputer dari lokasi lain untuk mengambil file atau menjalankan program;
- Mengakses dan mengelola server dari jarak jauh, menjalankan perintah tertentu, atau memperbarui software;
- Mentransfer file secara aman antara dua perangkat, seperti menyalin, memindahkan, menghapus, mengunggah, atau mengunduh file dari server.
Nah, SSH memiliki dua metode penggunaan, yaitu dengan key dan tanpa key.
Metode penggunaan dengan key artinya Anda menggunakan sepasang kunci digital (public key dan private key) untuk mengautentikasi koneksi SSH.
Sementara tanpa key artinya Anda hanya menggunakan password untuk autentikasi.
Berikut Perbedaan SSL dan SSH!
Setelah memahami apa itu SSL dan SSH, kami akan membahas perbedaan di antara keduanya.
Dari Segi Kegunaan
SSL dan SSH memiliki perbedaan dari segi kegunaannya.
SSL digunakan untuk mengamankan komunikasi antara pengguna (client) dan server, seperti saat browsing website, mengirim email, atau melakukan transaksi online.
Dengan kata lain, SSL berfokus pada enkripsi data yang ditransmisikan agar tidak bisa dibaca pihak ketiga.
Sementara SSH digunakan untuk mengakses dan mengelola perangkat dari jarak jauh secara aman.
SSH mengizinkan pengguna untuk login ke server, mengelola server, mengirimkan perintah, dan mentransfer file.
Dari Segi Port yang Digunakan
Perbedaan selanjutnya adalah port yang digunakan untuk mengatur koneksi.
SSL menggunakan port 443 sebagai port standar untuk HTTPS, yaitu protokol yang digunakan untuk mengamankan komunikasi web.
Sementara SSH menggunakan port 22 sebagai port standar untuk mengakses dan mengendalikan perangkat jarak jauh.
Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa port di antara keduanya bisa berbeda?
Sederhananya, port digunakan untuk membedakan layanan di server sehingga mampu berjalan bersamaan, tanpa terjadi konflik.
Dari Segi Aktivitas kepada Client
Cara kerja SSL dan SSH berbeda, maka aktivitas yang ditampilkan pada client pun juga beda.
SSL akan menunjukkan sertifikat dan simbol gembok kecil di kolom URL browser untuk menandai bahwa website aman diakses.
Sementara SSH akan meminta kita memasukkan username dan password dulu. Setelah itu, barulah kita diizinkan masuk dan mengontrol komputer dari jarak jauh.
Bagaimana Cara Memilih Sertifikat SSL yang Tepat?
1. Tentukan Jenis Validasi SSL dan Waktu Lamanya Penerbitan
SSL memiliki tiga jenis validasi berbeda yang perlu Anda pertimbangkan dan sesuaikan dengan kebutuhan website:
- Domain Validation (DV SSL): Opsi paling ekonomis dan mudah diperoleh. Cocok untuk website skala kecil, seperti blog, portofolio, atau landing page. DV SSL cukup untuk memverifikasi kepemilikan domain;
- Organization Validation (OV SSL): Memberikan tingkat kepercayaan lebih tinggi karena memverifikasi identitas organisasi di balik website. Cocok untuk website bisnis, organisasi, pemerintahan, komunitas, dan website lain yang membutuhkan user login;
- Extended Validation (EV SSL): Menawarkan jaminan keamanan tertinggi yang ditandai dengan green bar pada address bar browser. Cocok untuk website e-commerce, bank, toko online, dan sejenisnya.
Selain itu, Anda juga perlu memerhatikan waktu lamanya penerbitan SSL sesuai jenis validasi.
DV SSL umumnya paling cepat, hanya dalam hitungan menit karena proses validasinya sederhana.
OV SSL membutuhkan waktu lebih lama dalam beberapa hari kerja karena harus verifikasi informasi, seperti SIUP, TDP, Akta Perusahaan, dan sejenisnya.
Masih di atas itu, EV SSL paling ketat dan lama penerbitannya, bisa mencapai beberapa minggu.
2. Tentukan Jumlah Domain
Selanjutnya, tentukan jumlah domain dan subdomain yang ingin Anda amankan.
Jika Anda hanya punya satu domain utama, maka pilihlah SSL Single Domain.
Sementara kalau Anda butuh mengamankan domain utama beserta seluruh subdomainnya, ambillah SSL Wildcard.
Beda lagi kalau Anda mengelola beberapa domain berbeda (misalnya, domain.com, domain.net, domain.id, dsb) dalam satu sertifikat, maka ambil paket Multi-Domain SSL.
3. Sesuaikan dengan Jumlah Pengunjung Website
Jumlah pengunjung website juga harus Anda pertimbangkan sebelum membeli SSL.
Jika pengunjung website Anda masih puluhan saja per harinya, DV SSL sudah cukup.
Namun, bila pengunjung sudah ribuan dan membutuhkan user login, sebaiknya pilih OV SSL atau EV SSL agar performa website tetap stabil meski ada lonjakan trafik.
4. Pilih Penyedia SSL yang Menyediakan Garansi dan Jaminan
Garansi harus jadi aspek pertimbangan saat memilih sertifikat SSL. Apabila tidak ada garansi, ada risiko lebih besar kalau suatu saat terjadi masalah dengan sertifikat SSL.
Garansi SSL biasanya mencakup perlindungan dari kerugian finansial akibat lalai atau kesalahan dalam penerbitan, seperti phishing, pencurian data, dan serangan siber lainnya.
Pastikan penyedia SSL menawarkan jaminan uang kembali sehingga jika kejadian tersebut muncul, Anda tinggal melakukan klaim ganti rugi.
Seperti di GudangSSL yang memberikan garansi uang kembali 15 hari setelah sertifikat SSL Anda aktif.
Jadi, Anda tidak khawatir lagi bakal rugi karena GudangSSL memberikan jaminan keamanan dan garansi terbaik bagi website Anda.
5. Tentukan Certificate Authority (CA) dan Keamanan Tambahan Lainnya
Memahami CA SSL mungkin akan sulit karena ada banyak pilihan sesuai kelebihan, kekurangan, reputasi, fitur, dan harga.
Jika masih merasa bingung, Anda bisa membaca artikel kami mengenai Certificate Authority (CA) karena di sana sudah dijelaskan dengan lengkap
Misalnya di Gudang SSL, kami menyediakan berbagai pilihan CA terkenal, seperti Sectigo, AlphaSSL, GlobalSign, Symantec, RapidSSL, Thawte, GeoTrust, dan Digicert.
6. Pastikan Harga dan Jangka Waktu Sesuai dengan Anggaran
Harga selalu jadi pertimbangan penting, apalagi kalau budget Anda mepet. Namun, saat ini harga sertifikat SSL sudah bervariasi dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Jika Anda butuh gambaran, bisa lihat artikel kami yang membahas Daftar Harga SSL Terbaru (2024) karena sudah kami jabarkan secara lengkap.
Tips lainnya, sebaiknya pilih sertifikat SSL dengan jangka waktu 2-3 tahun.
Harga SSL jangka panjang memang terasa mahal di awal, tapi sebenarnya lebih hemat dibandingkan harus memperbaruinya setiap tahun.
7. Pastikan Penyedia SSL Menyediakan Bantuan Pelanggan 24 Jam
Anda pasti kesal kalau website tiba-tiba mengalami masalah keamanan di tengah malam dan tidak ada yang bisa dihubungi untuk membantu, kan?
Sebab itu, cari penyedia SSL yang menawarkan call center 24 jam agar selalu siap ketika Anda butuh bantuan mendadak.
Di Gudang SSL, tim support kami selalu siap dan cepat tanggap membantu Anda 24 jam melalui live chat, support ticket, call center.
Pilih di Penyedia SSL Terpercaya Seperti Gudang SSL!
Sebagai penyedia SSL terlengkap dan terpercaya, GudangSSL menyediakan berbagai jenis sertifikat SSL dengan harga 30% lebih murah dibandingkan harga dari Certificate Authority.
Kami juga mengutamakan kepuasan pelanggan dengan garansi uang kembali 15 hari setelah SSL Certificate diaktifkan.
Dengan tim support 24 jam, kami siap dan tanggap membantu Anda memberikan layanan keamanan website terbaik. Proses instalasi SSL Certificate juga akan dibantu dengan ahli dari GudangSSL.
Tunggu apa lagi? Segera tingkatkan keamanan website Anda dengan GudangSSL!